Permasalahan yang berkait langsung dengan tata cara berpidato sudah semestinya mengacu pada kebenaran urutan penyusunan sebuah wacana/bentuk karangan, yaitu berpola urutan: pemnukaan-pengembangan (isi)-penutup (isi pidato). Sebab secara teroitis, isi pidato sejalan dengan isian urutan sebuah karangan, yaituterdiri atas: alinea pembuka, alinea isi, dan alinea penutup.
Bagian 'pembukaan' berisi penghormatan dan sapaan yang ditujukan kepada pendengar. Pendengar ditempatkan pada posisi sebagaimana figur yang harus dihormati dan dihargai, sebab pendengar merupakan objek yang nantinya akan meneruskan, mengikuti, menjalankan tujuan materi pidato.
Porsi penyampaian bagian 'pembukaan' jangan terlalu singkat atau terlalu panjang dan telalu bertele-tele sebab akan membuat pendengar merasa bosan. Porsi penyampaian bagian 'pembukaan' sewajarnya, terlebih jika bagian 'pengembangan' ternyata memerlukan waktu yang relatif lama/panjang.
bagian 'pengembangan' meskipun bretolak pada tujuan pokok materi, pembicaraan masih berpelu melakukan pengembangan agar penyampaian materi tidak kaku. Hanya saja pengembangan materi tetap mendasarkan pada garis-garis besar/ pokok-pokok materi supaya tidak melenceng.
Penjabaran isi pokok pidato yang bertolak pada pokok-pokok materi seandainya diperlukan perimbangan contoh, misalnya dengan membuat jok, maka bentuk perimbangan contoh jangan sampai menimbulkan multi tafsir atau justru berbau kontradiksi. Oleh sebab itu, sebelum pembica berpidato, baik melalui referensi maupun observasi dan/atau wawancara kepada pakar dalam bidangnya.
Pengembangan atas materi dapat juga diselenggarakan dengan kondisi sosial budaya pendengar, sehingga untuk kepentingan ini pembicaraan sebelum berpidato dapat melakukan observasi 'apa, siapa, mengapa, dan harus bagaimana' mengemas isi pidato yang baik. Berupaya menjalin hubungan yang harmonis (rapport) dengan pendengar harus selalu diupayakan oleh pembicara.
Bagian 'penutup' pidato diupayakan dibuatkan simpulan atas uraian bagian 'pengembangan'.Sebab sajian simpulan bermanfaat sebagai pengingat dan penegas isi pokok pidato demi tujuan yang hendak dicapai.
Kata-kata akhir saat pidato akan selesai, pihak pembicara perlu menggunakan susunan kalimat yang mencerminkan kerendahan hati, sampaikan permohonan maaf atas kekurangan yang mungkin terjadi/ada, ucapan terima kasih atas kesedian dan kesabaran pendengar selama mengikuti pelaksanaan pidato. Sapa, hormati, hargai, dan sampaikan salam penutupi sebelum pembicara meninggalkan tempat/podium pidato.
Peroalan etika selama berpidato juga perlu diperhatikan/diperhitungkan dengan benar dan baik sebab etika merupakan bagian tampilan, baik secara lahiriah maupun rohaniah. Oleh sebab itu, pembicara yang baik, sebelum berpidato, hendaknya melakukan observasi atas fakta kondisi sosial budaya masyarakat setempat demi kepentingan etika.
Bagian 'pembukaan' berisi penghormatan dan sapaan yang ditujukan kepada pendengar. Pendengar ditempatkan pada posisi sebagaimana figur yang harus dihormati dan dihargai, sebab pendengar merupakan objek yang nantinya akan meneruskan, mengikuti, menjalankan tujuan materi pidato.
Porsi penyampaian bagian 'pembukaan' jangan terlalu singkat atau terlalu panjang dan telalu bertele-tele sebab akan membuat pendengar merasa bosan. Porsi penyampaian bagian 'pembukaan' sewajarnya, terlebih jika bagian 'pengembangan' ternyata memerlukan waktu yang relatif lama/panjang.
bagian 'pengembangan' meskipun bretolak pada tujuan pokok materi, pembicaraan masih berpelu melakukan pengembangan agar penyampaian materi tidak kaku. Hanya saja pengembangan materi tetap mendasarkan pada garis-garis besar/ pokok-pokok materi supaya tidak melenceng.
Penjabaran isi pokok pidato yang bertolak pada pokok-pokok materi seandainya diperlukan perimbangan contoh, misalnya dengan membuat jok, maka bentuk perimbangan contoh jangan sampai menimbulkan multi tafsir atau justru berbau kontradiksi. Oleh sebab itu, sebelum pembica berpidato, baik melalui referensi maupun observasi dan/atau wawancara kepada pakar dalam bidangnya.
Pengembangan atas materi dapat juga diselenggarakan dengan kondisi sosial budaya pendengar, sehingga untuk kepentingan ini pembicaraan sebelum berpidato dapat melakukan observasi 'apa, siapa, mengapa, dan harus bagaimana' mengemas isi pidato yang baik. Berupaya menjalin hubungan yang harmonis (rapport) dengan pendengar harus selalu diupayakan oleh pembicara.
Bagian 'penutup' pidato diupayakan dibuatkan simpulan atas uraian bagian 'pengembangan'.Sebab sajian simpulan bermanfaat sebagai pengingat dan penegas isi pokok pidato demi tujuan yang hendak dicapai.
Kata-kata akhir saat pidato akan selesai, pihak pembicara perlu menggunakan susunan kalimat yang mencerminkan kerendahan hati, sampaikan permohonan maaf atas kekurangan yang mungkin terjadi/ada, ucapan terima kasih atas kesedian dan kesabaran pendengar selama mengikuti pelaksanaan pidato. Sapa, hormati, hargai, dan sampaikan salam penutupi sebelum pembicara meninggalkan tempat/podium pidato.
Peroalan etika selama berpidato juga perlu diperhatikan/diperhitungkan dengan benar dan baik sebab etika merupakan bagian tampilan, baik secara lahiriah maupun rohaniah. Oleh sebab itu, pembicara yang baik, sebelum berpidato, hendaknya melakukan observasi atas fakta kondisi sosial budaya masyarakat setempat demi kepentingan etika.
Komentar
Posting Komentar
jangan lupa komentarnya..!