"impian" menjadi bahasa internasional tersebut bukan suatu yang mustahil, sebab di samping ratusan jumlah lembaga pengajar BIPA di luar negeri, berdasarkan sebaran data pada BPKLN Depdiknas RI 2007, jumlah perguruan tinggi di indonesia yang terlibat dalam penyelenggaraan pengajaran BPIA juga tidak kurang dari 40.
Hal itu juga ditambah lagi kader alumni Darma Siswa RI yang tersebar ke seluruh dunia, yang kebanyakan berasal dari negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, Jepang, Perancis, dan RRC.
"impian" tersebut sangat mengiurkan, sebab bisa menjadi peluang untuk menjadikan BI sebagai salah satu bahasa dunia/internasional. Persoalanya adalah, maukah kita menangkap peluang tersebut, dan pedulikah kita untuk mengangkat BI menjadi bahasa dunia.
Hal paling mendasar untuk menangkap peluang itu adalah membangun komitmen internal, yakni komitmen pemerintah pusat dengan perangkat-perangkat yang dimilikinya.
Komitmen tersebut harus diikuti visi, misi, dan tujuan internasionalisasi bahasa indonesia dengan jelas. Departemen Luar Negeri (Depli) dengan seluruh kedubues, atdikbud, dan konjennya serta depdiknas dengan BPKLNnya, menjadi tangan panjang pemerintah RI untuk melakukan kerja sama dengan departemen pendidikan luar negeri, terutama dengan PTN/PTS di negara-negara lain.
Kemudian, perangkat-perangkat terkait seperti Depdiknas dengan Dirjen Dikti, Pusat Bahasa, dan semua PTN/PTS yang mempunyai program studi bahasa dan sastra indonesia membuat strategi-strategi teknis yang berkaitan dengan sistem pembelajaran BIPA dari penjenjangan kurikulum, materi ajar,buku ajar, teknologi dan media pembelajaran, sampai dengan tenaga pengajar yang terlatih.
Strategi-strategi teknis tersebut menjadi modal utama sekaligus menjadikan pengajaran BIPA lebih profesional. Bila komitmen itu terbangun, "impian" untuk bisa mengantar BI menjadi bahasa internasional terbuaka lebar.
Komentar
Posting Komentar
jangan lupa komentarnya..!